Sunday, January 24, 2010

CALEG

Caleg-caleg Munafik...
Miris juga membaca serentetan peristiwa menjelang Pemilu 2009 nanti. Baru tahap pendaftaran Calon Legislatif saja, kebohongan demi kebohongan terus terungkap.
Ada Caleg yang pakai ijasah palsu, ada Caleg yang terdaftar di 2 partai, ada Caleg yang terdaftar di 2 Dapil, ada Caleg yang memalsukan umur. Ada-ada saja Caleg Indonesia.
Kekhawatiran terbesar saya, justru ini merupakan suatu strategi dari partai-partai tersebut untuk kemudian bermain cantik dan elegan atas nama Undang-Undang, menempatkan orang-orang pilihannya dan membuat keputusan menjadi amanat organisasi.
Kenapa? Karena mereka masih berbentuk DCS (Daftar Caleg Sementara). Menuju ke DCT (Tetap) akan membutuhkan waktu yang lebih sedikit, sehingga keputusan mendesak diperlukan oleh semua partai untuk mengganti orang-orang bermasalah. Disinilah potensi uang politik membanjir.
Terlepas dari itu semua, saya lebih miris melihat banyak orang menghalalkan segala cara untuk bisa masuk Senayan, termasuk menipu. Jika sebelum jadi Anggota Dewan Yang Terhormat sudah mencoba menipu sistem administrasi KPU, saya berhak khawatir nanti jika sudah terpilih akan menipu sistem administrasi pemerintahan kita.
Bagi saya, karena saya bukan anggota KPU, menghukum mereka-mereka yang melanggar aturan KPU adalah sebuah kemutlakan. Tidak dapat ditoleransi apabila mereka mencalonkan diri kembali di DCT, setelah tipuan mereka terbuka.
Kalau perlu, orang seperti ini harus dipublikasikan besar-besaran agar mereka malu. Kenapa harus dibuat malu? Karena saya khawatir, mereka sudah tidak punya malu... Terus terang, saya jengkel dengan ulah para Caleg-Caleg munafik tersebut. Hanya karena mereka punya uang untuk bayar DP di partai, mereka bebas melenggang, sepertinya urusan administrasi bagi mereka adalah urusan seujung kuku.
Saya tidak pernah menganggap remeh urusan administrasi, karena itu adalah input terbesar dalam konsep database. Kalau database tidak lengkap, maka jangan harap bisa dapat data yang akurat. Kalau sudah tidak akurat, ujung-ujungnya cuma bias kritik, menyalahkan

No comments: