Telekomunikasi menentukan kemajuan suatu bangsa. Ketersediaan sarana telekomunikasi menjadi faktor penting bagi katalisator pembangunan suatu wilayah. Suatu daerah membutuhkan sarana telekomunikasi dan informasi untuk mempromosikan produk unggulan daerahnya atau daerah pariwisatanya. Mereka juga memerlukan informasi untuk pemenuhan akan bahan dasar industri lokalnya. Pun dengan pendidikan, kesempatan memperoleh informasi mempunyai hubungan grafik linier dengan kesempatan memperoleh pendidikan. Saat ini jelas sekali kesenjangan pendidikan antara daerah yang memiliki sarana telekomunikasi memadai dengan daerah yang masih kurang sarana telekomunikasinya.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, merupakan tantangan lebih bagi pemerintah dalam menyelenggarakan infrastruktur telekomunikasinya. Adanya hambatan geografis yang lebih tinggi daripada negara-negara lain menghasilkan kesimpulan bahwa diperlukan ketersediaan sarana telekomunikasi yang jauh lebih advance yaitu sarana telekomunikasi yang mampu mengintegrasikan satu daerah dengan daerah lain, satu pulau dengan pulau lain.
Perkembangan telekomunikasi di dunia pun berkembang begitu pesat. Berbagai macam terobosan baru dalam bidang telekomunikasi baik secara perangkat, produk, terutama standar telekomunikasi pun diciptakan. Tujuannya adalah untuk menemukan suatu teknologi yang efisien, efektif serta murah. Standar telekomunikasi selular misalnya, mulai dari AMPS, GSM, CDMA telah berevolusi sedemikian cepatnya sesuai grafik eksponensial terhadap waktu.
Sayangnya, keadaan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia serta terbatasnya kemampuan pemerintah untuk menyelenggarakan infrastruktur telekomunikasi menjadikan hanya segelintir orang saja yang bisa menikmati kemajuan teknologi telekomuniksi ini. Hal ini terindikasi dari jumlah 40-50 % penduduk Indonesia yang menggunakan layanan selular, sedangkan sisanya tidak. Begitu pula pelanggan yang menikmati jaringan telepon tetap (PSTN) yang jumlahnya jauh lebih sedikit dari pemakai seluler.
Wimax adalah salah satu brand yang ditawarkan oleh masyarakat telekomunikasi Internasional untuk menyongsong era baru teknologi masa depan atau biasa disebut NGN (Next Generation Network). Keunggulan teknologi wimax dibandingkan dengan teknologi yang sudah ada aadalah kemampuan daya jangkau sinyalnya yang lebih luas daripada teknologi sebelumnya, wimax mampu menjangkau daerah sejauh 48 kilometer dengan kemampuan transfer datanya sampai dengan 100 Mbps (Megabits per second). Sebagai perbandingan, teknolog yang sudah ada sebelumnya yaitu CDMA dengan daya jangkau yang sama hanya menghasilkan kecepatan transfer data sebesar 10 Mbps, sedangkan Wi-fi dengan kecepatan transfer data yang sama hanya bisa menjangkau daerah sejauh 100 meter. Keunggulan yang lain adalah kemampuannya dalam menjangkau daerah yang memiliki hambatan geografis, atau biasa disebut sebagai kemampuan NLOS (Non-Line of Sight).
Keunggulan wimax ini sangatlah erat jika dikaitkan dengan kebutuhan akan teknologi telekomunikasi dan informasi di Indonesia, terutama jika dikaitkan dengan cost yang harus dikeluarkan pemerintah. Dengan kemampuan daya jangkau, transfer data serta NLOS-nya, dipastikan instalasi perangkat wimax di perbagai wilayah di Indonesia akan mampu menekan biaya jauh lebih rendah daripada instalasi teknologi seluler sebelumnya apalagi instalasi telepon kabel tetap.
Salah satu media implementasi wimax terdapat pada komitmen pemerintah untuk menyelenggarakan proyek USO (Universal Service Obligation) yaitu proyek untuk memberikan sarana telekomunikasi dan informasi yang murah meriah pada masyarakat low income, rural society serta bagi sarana layanan publik. Proyek ini diinisiai oleh komunitas telekomunikasi dunia dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh informasi. Di beberapa negara, seperti di Uni Eropa dan Malaysia, proyek ini sudah diimplementasikan, sedangkan di Indonesia sebenarnya sudah ada undang-undang yang mengaturnya diantaranya Undang-undang 36/99 pasal 16 serta Peraturan Pemerintah 52/2000.
Hasil dari USO sendiri kurang begitu terlihat di masyarakat karena memang biaya untuk mengimplementasikannya tidaklah kecil. Untuk obyek rural society sendiri ada sekitar 42.000 desa yang belum tersentuh sarana telekomunikasi dari jumlah keseluruhan 67.000 desa di Indonesia. Teknologi wimax yang murah dan mudah diharapkan mampu menjadi senjata ampuh bagi implementasi USO di Indonesia.
Kendala terbesar dari penerapan USO dan wimax adalah mengenai kesiapan masyarakat dalam menerima infrastruktur teknologi baru. Pemeliharaan infrastruktur yang tersebar di ribuan desa memerlukan sumber daya yang sangat banyak sekali yang tidak mungkin dipenuhi oleh pemerintah sepenuhnya. Satu-satunya sumber daya manusia yang bisa dipakai adalah penduduk desa setempat dan hal itu memerlukan effort, salah satunya biaya pelatihan, yang lebih besar lagi. Kasus telepon koin yang tersebar di pinggiran-pinggiran kota menunjukkan kekurangsiapan masyarakat dalam memelihara infrastruktur teknologi baru.
Bagaimanapun, kemerataan kesempatan untuk mendapatkan informasi harus terus diperjuangkan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini semata-mata untuk meratakan pembangunan di pelbagai daerah di Indonesia, tidak hanya tersentralisasi di kota-kota besar saja. Wimax sebagai teknologi terkini dalam dunia telekomunikasi bisa menjawab tantangan akan kebutuhan penyelenggaraan telekomunikasi yang luas dan murah. Namun wimax bukanlah apa-apa jika pengimplementasiannya tidak dibarengi dengan pembangunan Sumber Daya Manusia yang sadar akan pemanfaatan teknologi dan pemeliharaan infrastrukturnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment